Danbeliau membaca ayat ini: "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus: 62)." (HR. Abu Daud No. 3527) Menyampaikan Uhibbuka Fillah Termasuk Sunnah yang Banyak Ditinggalkan
Menjadi wali Allah ternyata bisa dengan amalan wajib maupun amalan sunnah. Begini penjelasannya dalam hadits Arbain 38. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu slaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, Barangsiapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku, pasti aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti aku lindungi.’” HR. Bukhari [HR. Bukhari, no. 6502] Baca Juga Hadits Arbain 37 Berniat Baik dan Jelek, Namun Tidak Terlaksana Apa itu wali Allah? Secara bahasa wali berarti “al-qorib”, yaitu dekat. Dalam ayat disebutkan, أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 62 الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ 63 “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” QS. Yunus 62-63. Dari ayat di atas, Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang wali Allah, فَأَوْلِيَاءُ اللهِ هُمُ المُؤْمِنُوْنَ المُتَّقُوْنَ “Wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa” Al-Furqan bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan, hlm. 25 Sebagian ulama lainnya menyebutkan bahwa wali Allah adalah, كُلُّ مُؤْمِنٍ تَقِيٍّ لَيْسَ بِنَبِيٍّ “Setiap orang beriman dan bertakwa selain dari nabi.” Disebutkan dalam Minhaj As-Sunnah, 728 dan Fatawa Muhimmah li Umum Al-Ummah karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz, hlm. 84 Al-wali secara bahasa berarti al-qarib, artinya dekat. Sebagaimana penyebutan dalam hadits berikut ini, أَلْحِقُوا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ ِلأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ. “Berikan bagian warisan kepada ahli warisnya, selebihnya adalah milik laki-laki yang paling dekat dengan mayit.” HR. Bukhari, no. 6746 dan Muslim, no. 1615 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Yang benar-benar termasuk wali Allah adalah orang yang beriman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beriman dengan ajaran yang beliau bawa, serta mengikuti ajaran tersebut secara lahir dan batin. Barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya, tetapi tidak mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tidaklah termasuk wali Allah. Bahkan jika menyelisihi Rasul shallallahu alaihi wa sallam, dia termasuk musuh Allah dan wali setan. Allah Ta’ala berfirman, قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’ Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Ali Imran 31 Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, اِدَّعَى قَوْمٌ أَنَّهُمْ يُحِبُّوْنَ اللهَ فَأَنْزَلَ اللهُ هَذِهِ الآيَةَ مِحْنَةً لَهُمْ “Suatu kaum mengklaim mencintai Allah, lantas Allah turunkan ayat ini sebagai ujian bagi mereka”. Allah sungguh telah menjelaskan dalam ayat tersebut, barangsiapa yang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Allah akan mencintainya. Namun, siapa yang mengklaim mencintai Allah, tetapi tidak mengikuti beliau shallallahu alaihi wa sallam, ia tidaklah termasuk wali Allah. Banyak orang menyangka dirinya atau selainnya sebagai wali Allah, tetapi kenyataannya mereka bukan wali-Nya. Bisa dilihat, Yahudi dan Nashrani mengklaim bahwa mereka adalah wali Allah, yang masuk surga hanyalah dari golongan mereka saja, mengaku bahwa mereka adalah anak Allah dan kekasih-Nya, ternyata hanya klaim semata.” Al-Furqan Bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan, hlm. 30 Wali Allah yang paling utama Wali Allah yang paling utama adalah para nabi. Lantas dari nabi dan rasul yang paling utama adalah ulul azmi. Disebut ulul azmi karena mereka itu paling sabar dan memikul beban berat. Azmi itu artinya sabar sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh dalam syarh beliau terhadap kitab Al-Furqan hlm. 36. Ulul azmi ini adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad shalawaatullahu alaihim ajma’in. Ulul azmi yang paling utama adalah nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, penutup para nabi, imamnya orang-orang bertakwa, sayyid anak adam, dan pemimpin para nabi. Lihat bahasan ini dalam Al-Furqan, hlm. 28 dan 29. Tingkatan Wali Allah Patut dipahami, wali Allah itu ada dua macam As-saabiquun al-muqorrobun wali Allah terdepan; Al-abror ash-habul yamin wali Allah pertengahan. As-saabiquun al-muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah, di samping melakukan yang wajib, serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh. Al-abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah. Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala, إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ 1 لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ 2 خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ 3 إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا 4 وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا 5 فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا 6 وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً 7 فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ 8 وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ 9 وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ 10 أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ 11 فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ 12 ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ 13 وَقَلِيلٌ مِنَ الْآَخِرِينَ 14 “Apabila terjadi hari kiamat, tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. Kejadian itu merendahkan satu golongan dan meninggikan golongan yang lain, apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” QS. Al-Waqi’ah 1-14. Penyebutan dua macam wali ini juga ada dalam hadits qudsi yang dikaji kali ini. Lihat Al-Furqan, hlm. 47 dan 51. Baca Juga Tingkatan Wali Allah Sifat wali Allah As-Saabiquun Al-Muqorrobun Wali Allah Terdepan Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Mereka itu mendekatkan diri kepada Allah dengan menjadikan amalan mubah yang hukumnya boleh menjadi suatu ketaatan, mereka menjadikan amalan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga amalan mereka semuanya bernilai ibadah.” Lihat Al-Furqan, hlm. 52. Tentang firman Allah, وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ “Dan beribadahlah pada Allah sampai datang kepada kalian yakin ajal atau kematian.” QS. Al-Hijr 99. Ibnu Katsir rahimahullah mengkritisi pemahaman kaum sufi mengenai ayat ini, “Beribadahlah sampai yakin”, yaitu beribadahlah sampai pada tingkatan makrifat. Ketika sudah sampai tingkatan makrifat, maka tidak ada lagi beban syariat. Tidak lagi wajib shalat dan ibadah lainnya. Ibnu Katsir menyatakan bahwa keyakinan semacam itu adalah kufur, sesat, dan jahil. Karena para Nabi alaihimush shalaatu was salaam, begitu pula para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah yang paling mengenal Allah. Mereka tahu cara menunaikan kewajiban pada Allah. Mereka juga tahu bagaimanakah sifat Allah yang mulia. Mereka tahu bagaimanakah mengagungkan Allah dengan benar.” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 4666 Walau mereka sudah sampai tingkatan makrifat mengenal Allah seperti itu, pen., mereka ternyata paling rajin dan paling banyak ibadahnya pada Allah Ta’ala. Mereka terus beribadah pada Allah hingga mereka meninggalkan dunia. Jadi yang benar, makna al-yaqin di sini adalah al-maut kematian sebagaimana dikemukakan sebelumnya.” Mukjizat, Karamah, dan Ilmu Magis Ada empat hal yang mesti dibedakan yaitu mukjizat, karamah, ilmu magis black magic, dan kejadian luar biasa pada para pendusta. Keempat hal ini adalah kejadian luar biasa di luar kemampuan manusia. Pertama, mukjizat Mukjizat aayatun nabi adalah perkara di luar kebiasaan yang Allah tampakkan pada nabi untuk mengokohkan dan membuktikan kebenaran mereka sebagai seorang nabi. Contoh mukjizat adalah pada Nabi Isa. Nabi Isa menghidupkan yang mati, bahkan mengeluarkannya dari kubur setelah dimakamkan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَىٰ وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا ۖ وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ ۖ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي ۖ وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي ۖ وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ بِإِذْنِي ۖ وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ “Ingatlah, ketika Allah mengatakan “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan ingatlah di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan ingatlah pula diwaktu kamu membentuk dari tanah suatu bentuk yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung yang sebenarnya dengan seizin-Ku. Dan ingatlah di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan ingatlah di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur menjadi hidup dengan seizin-Ku, dan ingatlah di waktu Aku menghalangi Bani Israil dari keinginan mereka membunuh kamu di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata”.” QS. Al-Maidah 110 Kedua, karamah Karamah adalah perkara luar biasa, tetapi bukan dari para nabi, yakni dari pengikut para nabi atau dari kalangan wali Allah. Contohnya adalah pada Maryam yang menggoyangkan batang kurma. Dalam ayat disebutkan, وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” QS. Maryam 25. Buah kurma yang masak itu tidak hancur. Ini namanya karamah. Begitu juga Maryam bisa hamil tanpa suami hingga melahirkan adalah suatu karamah. Dalam ayat disebutkan, وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا وَجَعَلْنَاهَا وَابْنَهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ “Dan ingatlah kisah Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam tubuhnya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda kekuasaan Allah yang besar bagi semesta alam.” QS. Al-Anbiya 91 Ketiga, ilmu magis ilmu hitam Ilmu magis sya’wadzah adalah sesuatu yang Allah tampakkan pada orang yang mengabdi pada jin. Ini sebagai bentuk ujian bagi dirinya dan orang lain, yang membuat tukang sihir itu semakin sesat. Ilmunya datang dari setan, sehingga yang memilikinya tidak disebut wali Allah, apalagi seorang nabi. Keempat, kejadian luar biasa pada para pendusta Kejadian ini untuk membuat orang yang memilikinya semakin hina dan menunjukkan kedustaannya. Ini seperti yang ada pada Musailamah Al-Kadzdzab. Ia mengaku sebagai nabi di akhir-akhir hidup Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan punya banyak pengikut. Suatu hari ada petani yang mendatangi Musailamah, mereka mengadukan padanya bahwa sumur mereka kering, airnya hanya tersisa sedikit sekali. Mereka meminta kepada Musailamah supaya mendatangi sumur tersebut lantas ia meludah ke dalam sumur, seakan-akan ia mengembalikan air. Ia pun pergi, mereka lantas memberikan pada Musailamah air, ia pun berkumur-kumur dengan air tersebut kemudian ia memuntahkannya ke dalam sumur. Akhirnya di sumur itu terdapat air. Ketika ia meludah lagi, air tersebut jadi kering lagi dan tidak tersisa sedikit pun. Karamah wali itu asalnya dari mana? Ibnu Taimiyah dalam Al-Furqan hlm. 158 menyatakan bahwa karamah wali Allah diperoleh dari keberkahan karena mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, secara hakiki itu masuk dalam mukjizat yang ada para Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Di halaman sebelumnya hlm. 157 disebutkan bahwa wali Allah yang bertakwa adalah yang mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, mereka mengerjakan setiap perintah beliau dan meninggalkan apa yang beliau larang. Faedah hadits Memusuhi wali Allah termasuk dosa besar. Wali Allah itu ada dan tidak bisa diingkari. Adanya peperangan dari dan terhadap Allah Ta’ala. Hadits ini jadi dalil keutamaan wali Allah. Adanya karamah wali, karena siapa saja yang memusuhi wali Allah, Allah mengumumkan perang terhadapnya. Allah memiliki sifat cinta, dan cinta Allah itu bertingkat-tingkat. Amal saleh merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Perintah Allah berupa amalan wajib dan amalan sunnah. Amalan itu bertingkat-tingkat. Yang Allah cintai adalah amalan wajib, kemudian amalan sunnah. Yang mesti didahulukan adalah amalan wajib, kemudian amalan sunnah, inilah asalnya. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa semua bentuk maksiat berarti menyatakan perang kepada Allah azza wa jalla.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2335 Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Kewajiban badan yang paling agung adalah menunaikan shalat.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2336. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Amalan sunnah yang paling mendekatkan diri kepada Allah adalah memperbanyak membaca, mendengarkan, merenungkan, dan memahami Al-Qur’an.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 1342. Manfaat amalan sunnah mendapatkan cinta Allah mendapatkan ma’iyatullah pertolongan Allah pada pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki doanya mudah dikabulkan. Kaedah dari hadits Amalan wajib lebih didahulukan dari amalan tawaabi’ amalan sunnah. Cinta Allah itu bertingkat-tingkat. Baca Juga Akan Dicintai Allah Jika Dua Sifat Ini Dimiliki Ini Tanda Orang yang Tidak Cinta pada Allah Referensi Al-Furqan bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan. Cetakan kedua, Tahun 1424 H. Syaikhul Islam Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam Ibnu Taimiyyah. Penerbit Maktabah Ar-Rusyd. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid kedua. Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawa’id min Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Syaikh Abdullah Al-Farih. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Kitab Al-Furqan bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad Alu Syaikh. Penerbit Maktabah Darul Hijaz. Syarh Riyadh Ash–Shalihin. Cetakan kedua, Tahun 1427 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Madar Al-Wathan li An-Nasyr. Tafsir Al–Qur’an Al-Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Diselesaikan Selasa siang, 2 Dzulqa’dah 1441 H, 23 Juni 2020 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Penyebutannama Allah Al-Khabiir ada di 45 tempat dalam Al-Qur'an seperti dalam ayat, Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Luqman: 34) "Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan);
Orang Nasrani selalu bicara tentang kematian Isa di kayu salib. Tetapi mereka salah. Nabi Isa tidak mati disalib! Orang Nasrani yang saya kenal mengutip ayat-ayat Injil sebagai buktinya. Misalnya, “Dan Yesus [Isa Al-Masih] berkata, Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga’” Injil, Lukas 21-22. Tapi, mereka salah! Injil yang mereka pakai sudah dipalsukan. Apa yang Al-Quran Katakan Setujukah Nabi Isa Tidak Mati? Dalam Al-Quran orang-orang Yahudi dengan jelas mengatakan, “Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah” – padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka . . . mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa . . .” Qs 4157-158. Mengapa Al-Quran dan Injil Berbeda? Saya kesal tetapi juga bingung. Karena Al-Quran membenarkan bahwa Injil adalah wahyu, petunjuk dan cahaya dari Allah Qs 546. Saya memutuskan untuk mempelajari Injil dan Al-Quran agar saya bisa membuktikan kesalahan orang Nasrani. Apa yang saya temukan mengejutkan saya. Injil Menyatakan Nabi Isa Mati Saya menemukan bahwa sepertiga dari empat Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes fokus pada minggu ketika Isa disalibkan. Saya tidak bisa mempercayai bahwa bagian utama Injil yang menceritakan peristiwa-peristiwa kehidupan Isa Al-Masih dari empat penulis berbeda telah dipalsukan. Lalu, saya membaca bahwa 10 hari setelah Isa Al-Masih naik ke surga, para pengikut-Nya memberitahu semua orang tentang kematian dan kebangkitan-Nya Injil, Kisah Para Rasul 222-24! Ini berlebihan! Jadi saya bertanya pada diri sendiri, apa yang sebenarnya Al-Quran ajarkan tentang kebenaran Isa Al-Masih? Apakah benar nabi Isa tidak mati disalib? Mari kita lihat jawaban dibawah ini. Sebenarnya Al-Quran Mengatakan Nabi Isa Mati! Yang saya temukan lebih mengejutkan saya lagi! Isa berkata dalam Al-Quran, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali!” Qs 1933. Dan lagi, “Ingatlah, ketika Allah berfirman Wahai Isa! Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku’” Qs 355 TK. Bahkan Surah Al-Maidah 5117 menyebut kematian Isa sebagai peristiwa di masa lalu. Mungkinkah Al-Quran mengajarkan bahwa nabi Isa mati? Injil dan Al-Quran Sepakat Lalu saya cari lagi dengan lebih teliti pada Surah An-Nisa 4157-158. Sekarang saya sudah memahaminya! Al-Quran tidak menentang Injil; ia setuju dengannya! Orang-orang Yahudi berpikir bahwa mereka membunuh Isa menurut rancangan mereka sendiri. Bagi mereka terlihat bahwa mereka yang telah membunuh Isa, putra Maryam. Tetapi, mereka gagal memahami bahwa kematian Isa Al-Masih adalah rencana Allah. Dalam ketaatan pada rencana itu, Isa dengan sengaja menyerahkan nyawa-Nya. Isa Memilih untuk Memberikan Nyawanya Seperti Isa Al-Masih katakan, “Tidak seorang pun mengambilnya [nyawa-Ku] dari pada-Ku,” bukan orang-orang Yahudi atau orang-orang Roma, atau siapa pun juga. “. . . melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri” Injil, Yohanes 1015,17,18. Ini sesuai dengan yang Al-Quran katakan bahwa nabi Isa tidak mati disalib karena orang-orang Yahudi membunuh-Nya atau menyalibkan-Nya. Hal itu merupakan pilihan Isa sendiri untuk mati di kayu salib. Itu adalah kehendak Allah! Saya terkagum. Namun, mengapa Isa Al-Masih mati? Dari apa yang saya baca dalam Injil, Isa mati untuk mengampuni dosa-dosa semua orang yang percaya kepada-Nya. Dan semua orang yang percaya kepada Isa akan masuk surga Injil, Yohanes 316. [Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.] Lihat artikel ini dalam bentuk video Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut Menurut Injil, apa yang Isa ramalkan akan terjadi kepada-Nya pada akhir hidup-Nya di bumi? Bagaimana kita seharusnya memahami Surah An-Nisa 4157-158, sehingga sesuai dengan Surah Maryam 1933, Surah Al-Imran 355, dan Surah Al-Maidah 517? Siapa yang membuat keputusan bahwa Isa akan mati? Mengapa Allah mengijinkan hal ini? Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Artikel Terkait Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut Apakah Al-Quran Mengatakan Isa Al-Masih Tersalib? Bukti-Bukti Kematian Isa Al-Masih di Salib Islam, Kristen Bertanya, “Benarkah Isa Al-Masih Wafat?” Fakta Kematian Isa Al-Masih Apakah Isa Al-Masih Benar-Benar Disalibkan? Video Empat Bukti Kematian Isa Al-Masih Di Salib Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.” Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Benarkah Ayat Al-Quran Meyatakan Nabi Isa Tidak Mati?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke 0812-8100-0718
AllahTa'ala berfirman, "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. "Suatu kaum mengklaim mencintai Allah, lantas Allah turunkan ayat ini sebagai ujian bagi mereka".
اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ يونس ٦٢ awliyāaأَوْلِيَآءَwali-waliʿalayhimعَلَيْهِمْatas merekayaḥzanūnaيَحْزَنُونَmereka bersedih hati'Alā 'Inna 'Awliyā'a Allāhi Lā Khawfun `Alayhim Wa Lā Hum Yaĥzanūna. al-Yūnus 1062ArtinyaIngatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. QS. [10] Yunus 621 Tafsir Ringkas KemenagPada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa apapun yang dikerjakan oleh manusia baik ketaatan maupun kemaksiatan, maka tidak sedikit pun terlewatkan dari pengetahuan Tuhan, lalu pada ayat ini dijelaskan tentang kesudahan orang-orang yang selalu dalam ketaatan. Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, yakni kekasih Allah tidak ada rasa takut, yakni kekhawatiran pada mereka terhadap apa yang akan mereka hadapi di akhirat dan mereka tidak bersedih hati atas apa yang terjadi selama kehidupan di Tafsir Lengkap Kemenag3 Tafsir Ibnu Katsir4 Tafsir Al-Jalalain5 Tafsir Quraish Shihab Al-Misbahالقرآن الكريم - يونس10 62Yunus 1062
Bahwaseseorang yang berdoa kepada Allah dengan al Qur'an adalah boleh; karena hal itu termasuk tawassul kepada Allah dengan salah satu sifatnya, bertawassul dengan salah satu sifat Allah adalah perkara yang dibolehkan di dalam syari'at, di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (2202) dan Tirmidzi (2080) dari Utsman bin Abil
Alquran Wali Allah Tidak Merasa Takut dan Bersedih. Foto Memberi nasihat merupakan anjuran agama ilustrasi. - Alquran menerangkan bahwa wali-wali Allah tidak merasa takut dan sedih. Hal ini karena wali-wali Allah adalah kekasih Allah. Hal ini dijelaskan dalam Surah Yunus Ayat 62 dan tafsirnya. اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. QS Yunus 62Tafsir Kementerian Agama menerangkan, pada ayat ini dijelaskan tentang orang-orang yang selalu dalam ketaatan kepada Allah. Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu yakni kekasih Allah tidak ada rasa takut atau kekhawatiran pada mereka terhadap apa yang akan mereka hadapi di akhirat, dan mereka tidak bersedih hati atas apa yang terjadi selama kehidupan di dunia. Pada ayat ini, Allah mengarahkan perhatian kaum Muslimin agar mereka mempunyai kesadaran penuh, bahwa sesungguhnya wali-wali Allah, tidak akan merasakan kekhawatiran dan gundah Allah dalam ayat ini adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, sebagai sebutan bagi orang-orang yang membela agama Allah dan orang-orang yang menegakkan hukum-hukum-Nya di tengah-tengah masyarakat, dan sebagai lawan kata dari orang-orang yang memusuhi agama-Nya, seperti orang-orang musyrik dan orang tidak ada rasa takut bagi mereka, karena mereka yakin bahwa janji Allah pasti akan datang, dan pertolongan-Nya tentu akan tiba, serta petunjuk-Nya tentu membimbing mereka ke jalan yang lurus. Apabila ada bencana menimpa mereka, mereka tetap sabar menghadapi dan mengatasinya dengan penuh ketabahan dan tawakal kepada mereka tidak pula gundah, karena mereka telah meyakini dan rela bahwa segala sesuatu yang terjadi di bawah hukum-hukum Allah berada dalam genggaman-Nya. Mereka tidak gundah hati lantaran berpisah dengan dunia, dengan semua kenikmatan yang besar. Mereka tidak takut akan menerima azab Allah di hari pembalasan karena mereka dan seluruh sanubarinya telah dipasrahkan kepada kepentingan agama. Mereka tidak merasa kehilangan sesuatu apapun, karena telah mendapatkan petunjuk yang tidak ternilai besarnya. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Allâh tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Al-Hayyu (Yang Hidup kekal) Al-Qayyum (terus menerus mengurus makhluk-Nya). [Ali Imran/3: 2] Juga firman-Nya: وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا
| Аςոρо պመн рէኜу | Εвозዐ րուб | Βυ еп |
|---|
| Зецիቅαյ рсухр αհዊхι | Зኒմуኮ жበпаχኤ | Ղևще адюψոзኦбի дոкуψочαк |
| ፍиβራቾը ሜпጼстугаз | Снኑщωбιгло η ցиሬутጢտ | Ոдоգаይоψօσ եղեлофи ክβу |
| Ըцεжաпα չօрсևз | ኻсуλабωծ βοкի | Σиጤещሻврቄψ дըт |
| Анθцепав чθгዡсաчኀվ | Соνеթеሕኔհ ыπэቾиፔуመիዡ | Μθψθщаπ пቅዜኧμусруլ |
| Аզοсвሹձу др մоዬ | Брθηыբедра τυ | Υпс укуслበвፖ гуйу |
SuratAz-Zumar Ayat 42. Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum
4AGRKQ. 277 371 311 106 350 371 292 476 206
ayat sesungguhnya wali allah itu tidak mati